Hari Widodo paparkan materinya dihadapan 206 Peserta Konferensi Internasional ke-X terkait New Normal, New Opportunity, New Optimism: Maintaining Economy Resilience during COVID-19 Pandemic, melalui onlline meetings, Sabtu (25/09/20).
Ketua Bank Indonesia, Province Sumatra Selatan tersebut menguraikan kondisi perekonomian yang terjadi di Indonesia setelah adanya pandemic COVID-19. Beliau juga menjelaskan strategi yang diambil oleh Bank Indonesia untuk menjaga ketahanan ekonomi selama pandemic terjadi. Dampak besar yang terjaid diakbitkan adanya pandemic tidak bisa dianggap remeh oleh Pemerintah. Oleh karena itu, proyeksi pertumbuhan global pada tahun 2020 dipastikan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. Meskipun, akan ada pertumbuhan pada kuartal ketiga dikarenakan kebijakan pelonggaran lockdown.
“Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 diproyeksikan sebesar -4,9%, tentu proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2019 akibat dampak negatif pandemi COVID-19 di paruh pertama tahun 2020. Meskipun, akan ada pertumbuhan pada kuartal ketiga tahun ini dikarenakan permintaan global secara bertahap membaik setelah adanya kebijakan melonggarkan, seperti pelonggaran kebijakan lockdown dan travel warning. Volume perdagangan global perlahan meningkat, menghasilkan pertumbuhan komoditas ekspor.” paparnya
Selanjutnya beliau juga menjelaskan pada kasus Sumatera Selatan terdapat beberapa sektor yang berpotensi menjadi penggerak roda perekonomian pada saat pandemi. Beberapa dari sektor ini dapat didorong sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru dan juga bertindak sebagai “penyangga” dalam mencegah perlambatan ekonomi akibat penurunan sektor-sektor lain yang terkena dampak kinerja.
“Pada lingkup Sumatra Selatan terdapat beberapa sektor yang akan mampu menyagga dalam mencegah perlamabatan ekomoni yang diakibatkan karena adanya COVID-19 yakni seperti sektor pertanian, manufaktur, kesehatan. Dari beberapa sektor yang berpotensi tersebut harus dimanfaatkan secara baik.”